Selasa, 18 Maret 2008

Is It Copyright Or The Right To Copy?



The Quintessential American Pirate

Kasus-kasus pembajakan atas hak cipta dan hak atas kekayaan intelektual pada zaman sekarang merupakan jelmaan dari kasus-kasus yang dialami Mark Twain sekitar satu abad yang lalu. Sebagai seorang penulis Mark Twain adalah orang yang pertama kali merasakan dampak dari kurangnya kerjasama antar bangsa dalam menjalankan perlindungan atas hak cipta. Pada tahun 1876, The Advantures of Tom Sawyer dijual dengan harga $2.75 di Amerika, namun di Canada dijual dengan harga hanya 50 sen. Ketika ke Kanada Twain memang mendapatkan penggemar dan popularitas namun bukan hasil penjualan. Twain mengerti bahwa tangan pertama pembajakan adalah penerbit dan penjual buku. Pada awalnya Twain senang dengan menjadi penulis dan mendapatkan uang dari situ, namun setelah pelanggaran demi pelanggaran

http://www.ebizzasia.com/images/ed12-copyleftvscopyright.jpg

atas hak ciptanya, ia menjadi lebih peduli terhadap perluasan perlindungan atas hak cipta. Mark Twain juga mengalami dilemma lain atas hak cipta. Pada tahun 1874, Twain menulis sebuah cerita untuk Atlantic Monthly yang berjudul “ A Story, Repeated Word for Word As I Heard It.” Itu adalah cerita mengenai kehidupan Mary Ann Cord seorang budak di peternakannya. Wain menggunakan percakapan dalam cerita ini sebagai tanda dari karya selanjutnya, The Adventures of Huckleberry Fin. Ketika cerita tentang Cord diterbitkan, itu dihakciptakan atas nama Twain. Yang jadi pertanyaan adalah karya siapa sebenarnya cerita itu? Itu adalah kisah dan perkataan-perkatan Cord. Twain hanya menuliskannya. Menurut hukum hak cipta pada saat itu, itu adalah karya Twain. Perlindungan atas hak cipta selalu melindungi ekspresi dari sebuah ide, bukan ide itu sendiri.

The Idea Of Copyrighting Ideas

Kasus Mark Twain mengenai cerita tentang Mary Ann Cord, membawa pada dua pertanyaan yang telah menjadi bagian dari hikayat hak cipta semenjak 557 C.E :

1. Apakah semua karya seni adalah turunan? Semenjak masanya Homer, bukankah para pengisah cerita [dan kemudian, penulis dan artis, dan untuk masalah itu, sutradara film dan pengembang piranti lunak permainan computer] selalu dibangun di atas ide ornag lain? Bukankan Monet belajar dari Cezanne? Hemingway dari Turgenev? Quentin Tarantino dari Godard?

2. Jika tidak dibenarkan utuk mengopi kesuluruhan karya, bagaimana jika sebuha paragraph? Atau mungkin hanya satu dua kata? Enam belas baris….beberapa catatan?

Sebagai cerminan dari cangkriman yang pertama, hukum hak cipta, paling tidak sejak 1710 hingga 1870, membuat sebuah pmbedaan besar mengenai ide dan ekspresi. Anda bisa melindungi ekspresi dari sebuah ide dalam sebuah buku, karya music, ukiran, atau gambar, tetapi anda tidak diizinkan umtuk memonopoli ide itu sendiri.

Seperti yang dikatakan pengacara, Sir John Dalrymple berargumen untuk kliennya Donaldson vs Beckett pada tahun 1774:

JIka saya mengopi sebuah manuskrip, saya dapat dikenal sebagai aksi sipil. Jika saya mencuri buku maka itu tindakan criminal; yang satu mengambil ide, sedangkan yang lain hanya mengikuti. Namun property apa yang bisa dimiliki seseorang dalam sebuah ide? Ketika ia membuat ahnya untuk dirinya sendiri itu memang miliknya, namun ketika ia menerbitkannya maka itu bukan lagi miliknya. Sama halnya dengan ketika saya mengambil air dari lautan, maka air itu milik saya, namun ketika saya menuangkannya lagi ke laut maka itu bukan lagi milik saya. Pemisahan ide dari ekspresi ditetapkan dalam ketetapan hukum pada 1853.

A Borrower Be: Understanding Fair Use

Isu lain yang diangkat oleh Twain mengenai ceritanya tentang Mary Ann Cord adalah sebuah pertanyaan tentang sebeapa banyak yang dapat daimbil, dipinjam atau diangkat dari sebuah karya sebelum itu dikategorikan sebagai pelanggaran atas hak cipta. Beberapa peraturan berdasarkan beberapa kasus, telah ditetapkan:

o Sekolah distrik tidak boleh merekam keseluruhan program pendidikan yang ditayangkan di TV untuk digunakan kembali di kelas [Encyclopedia Britannica Educational Corp. v. Crooks].

o Seorang penulis dianggap fair use jika mengutip karya penulis lain tanpa izin selama tidak berlebihan—dalam hal ini dibolehkan 4.3 % dari sang pengguggat karya penulis itu [Maxtone-Graham v. Burtchaell].

o Mengkutip atau memparafrasr dari karya yang tidak diterbitkan, jika itu adalah sebuiah Biography maka itu bukanlah fair use [Salinger v. random House].

o Pegawai sebuah perusahaan profit mengopi keseluruhan artikel dari jurnal ilmu pengetahuan bukanlah fair use [American Geophysical Union v. Texaco].

o Adalah Fair use untuk mengopi sebuah pertunjukan televise ke dalam video untuk asset pribadi [ Sony v. Univesal studios].

o Itu adalah fair use ketika Josisah Thompson utnuk menggunakan sketsa bongkai 237 dari film Abraham zapruder tentang pembunuhan presiden Kennedy dalam bukunya Six Second in Dallas.